Oksigen Di Saturnus

Rhea, bulan berbalut es milik planet Saturnus ternyata memiliki atmosfir yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang sangat mirip dengan atmosfir planet Bumi. Menariknya, temuan itu membuka peluang adanya kehidupan di Rhea dan kemungkinan manusia bisa bernafas di sana.
Tampaknya, jumlah oksigen di Rhea jauh lebih banyak dibandingkan yang diperkirakan oleh astronom selama ini. Khususnya karena bulan tersebut tampaknya sangat beku dan padat.

Menurut data terakhir dari satelit Cassini, atmosfir tipis milik Rhea dijaga oleh dekomposisi kimia dari air es di permukaan Rhea. Diperkirakan, magnetosfer yang sangat besar dari Saturnus terus mengimbas ke air es Rhea, dan kemudian membantu menjaga kondisi atmosfir tersebut.



Saat ini, seperti dikutip dari io9, 27 November 2010, menurut pengamatan para astronom, diperkirakan oksigen milik Rhea tidaklah bebas. Namun terjebak di dalam samudera Rhea yang membeku.

Meski hadirnya oksigen di Rhea mudah dipahami, astronom lebih tertarik dengan karbondioksida yang ada di bulan itu. Gas yang tampaknya terjadi akibat reaksi antara molekul organik dan oksidan yang ada di permukaan bulan.

Jika demikian adanya, hal ini persis dengan kejadian yang berlangsung di planet Bumi, beberapa miliar tahun yang lalu.

Temuan ini juga merupakan bukti lebih lanjut bahwa ada kehidupan lain di sistem tata surya kita. Meski tampaknya hanya kehidupan di Bumi yang mengalami kondisi yang cukup bagus sehingga dapat bertahan hingga sejauh ini. (umi)

Galaksi baru : andromeda

Sebuah tim peneliti internasional baru-baru ini menyimpulkan bahwa kelahiran Andromeda, galaksi tetangga yang terdekat dengan galaksi Bima Sakti, dibidani oleh tabrakan dua galaksi.

Menurut tim tersebut, Andromeda berasal dari dua galaksi yang
bertubrukan pada sekitar sembilan miliar tahun lalu, sebelum pada akhirnya melakukan fusi (bergabung) secara permanen, pada sekitar 5,5 miliar tahun yang lalu.

Hasil riset tim peneliti yang telah dipublikasikan pada Astrophysical Journal itu, juga telah berhasil disimulasikan melalui komputer. Kedua galaksi asal, adalah galaksi-galaksi yang memiliki ukuran lebih kecil dari ukuran Andromeda saat ini.

"Banyak pakar astronomi, khususnya spesialis di bidang ini mengira bahwa galaksi Andromeda kemungkinan merupakan hasil dari merjer yang lebih besar. Namun, hingga kini hal itu tidak pernah teruji," kata Francois Hammer, kepala penelitian dari Observatorium Paris, Perancis, kepada BBC.
Lebih jauh, Hammer juga mewanti-wanti kemungkinan untuk merevisi semua pengetahuan tentang adanya kelompok galaksi lokal yang disebut-sebut sebagai kelompok 40 galaksi terdekat.

"Tim kami menemukan sesuatu yang potensial merevisi pengetahuan kita semua tentang kelompok galaksi lokal. Dan ini mungkin ada kaitannya dengan jumlah materi gelap di galaksi-galaksi," kata Hammer.
Selama ini para peneliti menganggap galaksi Bima Sakti dan Andromeda adalah galaksi terbesar di antara galaksi-galaksi lain di kelompok 40 galaksi lokal. Dengan bantuan simulasi komputer, para astronom memandang Andromedia selama ini sebagai galaksi yang memiliki beberapa keunikan.

Antara lain piringan besar tipisnya yang meliputi cincin gas dan debu raksasa, gelembung masif di pusatnya, cakram raksasa yang lebih tebal, dan aliran bintang tua yang besar.

Tim Hammer juga berhasil membuat simulasi pembentukan Andromeda tersebut. Simulasi yang menggunakan komputer berkinerja tinggi pada National Astronomical Observatory of China (NAOC) dan Observatorium Paris itu, menggunakan delapan juta partikel untuk mensimulasikan bintang-bintang, gas, serta materi hitam pada Andromeda.

Menurut Dr Hammer, riset ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengetahui kelahiran dari galaksi kita, galaksi Bima Sakti. "Bukan berarti galaksi kelahiran Bima Sakti tidak melalui cara ini (merjer galaksi). Mungkin saja, tapi bila memang seperti itu, itu terjadi jauh sebelum Andromeda," katanya. (hs)