BAB I
PENDAHULUAN
jika kita berbicara tentang perekonomian Indonesia, yang akan terpikir di benak kita adalah tentang kondisi dan keadaan ekonomi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator, misalnya pendapatan nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB). pendapatan nasional dan PDB yang tinggi menandakan kondisi perekonomian suatu negara sedang bergairah.
pemerintah mempunyai berbagai kebijakan untuk menjaga atau memperbaiki kualitas perekonomian Indonesia. yang pertama adalah kebijakan fiskal. kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
kebijakan fiskal mempunyai berbagai bentuk. salah satu bentuk kebijakan fiskal yang sedang marak adalah BLT. banyak orang melihat BLT hanya bantuan kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya di balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah. BLT diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. dengan demikian permintaan dari masyarakat juga meningkat. meningkatnya permintaan dari masyarakat akan mendorong produksi yang pada akhirnya akan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.
contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah. katakanlah pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan bertambahnya pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.
kebijakan fiskal juga dapat berupa kostumisasi APBN oleh pemerintah. misalnya dengan deficit financing. defcit financing adalah anggaran dengan menetapkan pengeluaran > penerimaan. deficit financing dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perekonomian Indonesia tahun 2010 dari sector industry dan lainnya
Sampai tahun 2010, struktur perekonomian Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri yakni sebesar 24,8 persen. Sementara sektor pertanian hanya 15,3 persen, sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,7 persen. sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2010 menyumbang sekitar 21,6 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 22,6 persen. Sementara itu, pada triwulan IV 2010 sektor industri pengolahan non migas tumbuh 6,0 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009. “Secara kumulatif, pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2010 sebesar 5,1 persen.
Dalam rangka menjadi tren positif tersebut perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur. Selain itu, kata dia, perlu ditingkatkan lingkungan global saat ini yang persaiangannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.
Sedangkan delapan cabang industri lainnya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatan yaitu tumbuh sebesar 10,4 persen. Kemudian diikuti oleh industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang tumbuh sebesar 4,7 persen.
B. Pertumbuhan ekonomi Tahun 2011 didominasi oleh sector pertanian
Perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2011 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (18,1 persen) dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (2,7 persen). Sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Konstruksi (minus 3,6 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian (minus 2,0 persen), Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (minus 1,9 persen), Sektor Industri Pengolahan (minus 1,2 persen), Sektor Jasa-jasa (minus 0,4 persen), Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (minus 0,2 persen), dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (minus 0,1 persen). Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan pada Triwulan I-2011 meningkat tajam 18,1 persen terhadap Triwulan IV-2010, sebagai refleksi dari mulai adanya musim panen tanaman padi, dengan kenaikan Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 53,6 persen. Subsektor Pertanian lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 19,9 persen untuk Subsektor Tanaman Perkebunan, minus 17,7 persen untuk Subsektor Kehutanan, minus 3,0 persen Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan minus 1,3 persen untuk Subsektor Perikanan. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (q-to-q) tumbuh sebesar 2,7 persen. Peningkatan di Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tersebut terutama ditunjang oleh Subsektor Bank yang tumbuh sebesar 4,6 persen.
C. Struktur pendapatan domestic brotu menurut lapangan usaha
Pada Triwulan I-2011, sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 24,1 persen, diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 15,6 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,7 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,7 persen, dan Sektor Jasa-jasa sebesar 10,1 persen, serta Sektor Konstruksi sebesar 10,0 persen. Secara keseluruhan ke enam sektor tersebut mempunyai andil peranan sebesar 85,2 persen dalam PDB. Sedangkan tiga sektor lainnya mempunyai andil masing-masing kurang dari 10 persen.
Sementara itu peranan seluruh sektor ekonomi tanpa migas pada Triwulan I-2011 sebesar 92,0 persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-jasa mengalami kenaikan peranan pada Triwulan I-2011 dibanding Triwulan I-2010, sedangkan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami penurunan. Bila dibandingkan dengan Triwulan IV-2010 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan sedang sektor-sektor lainnya relatif turun. Dengan demikian, khusus peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada Triwulan I-2011 mengalami peningkatan baik dibanding Triwulan I-2010 ataupun Triwulan IV-2010.
D. Pengeluaran atau Konsumsi
Ditinjau dari sisi penggunaan atau permintaan, PDB Indonesia dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, investasi fisik (PMTB dan Perubahan Inventori) dan Ekspor-Impor.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga atas dasar harga berlaku naik dari Rp949,3 triliun pada triwulan IV-2010 menjadi Rp964,4 triliun pada Triwulan I-2011. Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga secara riil (atas dasar harga konstan 2000) sebesar 0,9 persen, dimana nilai pada Triwulan I-2011 sebesar Rp334,6 triliun dan pada Triwulan IV-2010 sebesar Rp331,6 triliun. Sedangkan bila Triwulan I-2011 dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,5 persen.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah atas dasar harga berlaku turun dari Rp200,3 triliun pada Triwulan IV-2010 menjadi Rp118,3 triliun pada Triwulan I-2011. Pada kurun waktu yang sama, laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah atas dasar harga konstan 2000 turun sebesar 46,6 persen. Sebaliknya, bila Triwulan I-2011 dibanding Triwulan I-2010 (y-on-y), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan sebesar 3,0 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mengalami penurunan dari Rp555,7 triliun pada Triwulan IV-2010 menjadi Rp543,0 triliun pada Triwulan I-2011. Demikian pula halnya dengan PMTB atas dasar harga konstan 2000 yang turun sebesar 3,4 persen. Namun secara y-on-y, PMTB naik 7,3 persen. Nilai ekspor atas dasar harga berlaku turun dari Rp460,8 triliun pada Triwulan IV-2010 menjadi Rp440,6 triliun pada Triwulan I-2011. Nilai ekspor pada Triwulan I-2011 berdasarkan harga konstan 2000 menurun sebesar 7,0 persen dibanding Triwulan IV-2010, yaitu dari Rp300,5 triliun menjadi Rp279,3 triliun. Apabila dibandingkan dengan Triwulan yang sama pada tahun 2010, nilai ekspor atas dasar harga konstan 2000 Triwulan I-2011 naik sebesar 12,3 persen.
E. Peranan sector pertanian
Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.
Kekayaan Indonesia berupa lahan pertanian juga merupakan aset penting untuk agrowisata. Dengan pengolahan yang baik hasil perkebunan ini dan pemeliharaan terhadap kebersihan dan keindahannya, maka nilai agrowisatanya akan memberikan devisa yang cukup tinggi bagi negara.
Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 menunjukkan bahwa sektor pertanian dapat bertahan dari sektor yang dibangga-banggakan pada tahun tersebut yaitu sektor industri. Bahkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 0,22%. Padahal perekonomian Indonesia pada saat itu mengalami penurunan pertumbuhan sekitar 13,68%.
Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
2. Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya, dan Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
F. Sector industry
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia setelah sektor pertanian. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia sampai tahun 1999. Bahkan sejak tahun 1991 peran sektor industri mampu menjadi sektor utama dengan mengalahkan sector pertanian.
Di Indonesia industry dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industry besar , industry sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan industri yang digunakan.
Perindustrian di Indonesia telah berkembang pesat. Namun perindustrian yang telah maju tersebut tampaknya malah menjadi malapetaka bagi sektor pertanian. Dengan semakin banyaknya pabrik yang berdiri di setiap daerah bahkan daerah pedesaan telah menggusur lahan-lahan pertanian produktif yang jika tetap digunakan dapat menghasilkan komoditas pertanian yang unggul. Selain itu hujan asam yang timbul akibat adanya pencemaran dari gas-gas beracun yang tersebar di udara oleh pabrik-pabrik tersebut dapat merusak tanaman dan tanah sehingga hasil yang didapat sangat tidak bagus bahkan kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 dan triwulan I-2011 menunjukkan prestasi yang cukup baik. Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia Internasional. Hal ini terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10 peringkat dibandingkan pada tahun 2009. Peringkat layak investasi Indonesia menurut S&P juga mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB. Kenaikan peringkat layak investasi ini menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.
Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan oktober mencapai 19,3% (yoy).
Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$ 15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700. Diperkirakan akan terus meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-dana asing tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah dengan terus mengkokohkan cadangan devisa. Hingga akhir November, cadangan devisa Indonesia sukses menembus angka US$ 92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah (BI, 2010). Dengan besarnya cadangan devisa yang dipunya oleh Indonesia, nampaknya perekonomian Indonesia masih akan stabil hingga tahun depan.